February 27, 2011

cross the street =)


when i was child,
before i crossed the street i pray
God, please stop the car
..... (car kept running fast)
or at least, make those cars far away from me
i want to cross this street
pleaseee (starting grumble in heart... oh i hate to cross alone)





when i was teen,
before i crossed i said,
Father, i need to cross quickly
guard me, okay? okay lah yaaa (^___^)v

but oftentimes,
fewer cars on the street
like that street was mine, ahaha
....

thank you Daddy, u always been good to me





so God always give a way
for me cross the street
until yesterday





it is late at 9 pm
need to cross the street
..... there was many cars
and many again
and again
when will i cross the street????

then there was traffic
the cars cease
and i crossed the street

so because there was traffic, i can crossed the street. suddenly i realize... yes i can cross the street either when there's no traffic, or when there's traffic. When my street (my life, my days, my heart) was free from cars (yep, my problems), i can choose to cross the street whenever i want. then i grew up, i didn't ask for my street free from cars, i ask the strength and His guardian to cross. But oftentimes, He always been good to me, not so many cars there in my street.. i crossed with smile. When there is so many cars here in my street, i wonder when will i can cross the street safely, as what i often experienced. Then just as i crossed the street after those cars ceased, i know now, even when there seems so many problems blocking my way, my life, those won't stop me anyway... when the right time come, exactly when the problems is stand still in front of my eyes, that's when i can crossover that problems. Is He not 'always been good to me' now? Yes, He is. He's not always been good to me. He always been TOO GOOD to me.


we can always cross our street, to a place called HOME.

February 04, 2011

resep mudah no.1 buncis ca telor

karena rumah lagi direnovasi, saya dan adik perempuan sy pergi menginap di rumah nenek. ibu saya ke luar kota. kakak adik saya yang laki-laki tetep tinggal di rumah, jagain rumah.. setelah satu minggu mereka curhat, katanya selama ditinggal pagi mereka makan telor, siang makan mie instan, sore makan nugget. selama satu minggu menunya itu itu melulu (padahal ada bibi yg bisa masak di rumah).

Jadi waktu kemarin tanggal 29 januari saya kembali ke rumah, saya inget buat beli sayur. waktu itu saya putusin masak buncis ca telor, yang gampang2 aja. ternyata yang di rumah pada suka ^^ jadi ini resepnya.. btw resep ini diajarin sama andrew lumanto, koki top masa depan =)

Buncis ca Telor

bahan:
- buncis dua pak (potong lurus, ukurannya kira2 setengah cm) -> buncisnya jadi kecil2, jgn dipotong miring, kurang enak..
- telor 2 buah
- bawang putih 2-3 biji dicacah
- bawang merah 1-2 biji diiris
- minyak secukupnya

cara buat:
- panasin wajan, masukin minyak, tumis setengah dari bawang merah + bawang putih yg ada sampe wangi
- masukin telor, langsung uyek2 (bahasa indonesia: aduk2) biar putih sama kuning nya nyampur. bawang putih sama bawang merah ikut diuyek2
- telornya jangan sampe terlalu mateng, angkat, taro di piring
- masukin minyak, tumis sisa bawang yang ada sampe wangi.
- masukin buncis, kasih bumbu: gula kira2 3/4 sendok bebek, garam 3/4 sendok teh, kaldu jamur totole (tanpa msg/vetsin loh) 2 sendok teh penuh
- jgn kelamaan numis buncis nya (karena dipotong kecil2 jadi lebih cepet mateng), masukin telor yang tadi
- aduk2 biar rata, cicipin.

saran: kalau bisa jangan ditambah air. lebih baik di awal bumbunya dikurangin, jadi kalau kurang manis asin tinggal tambah bumbu.

maaf pic hasil jadi nya ga ada. lupa difoto..


gambar kaldu jamur totole, biasa beli nya di yogya supermarket

met mencoba =)

kisah perjuangan di negeri tengah (Cina)

post ini berawal dari ngobrol2 santai sama nenek di rumahnya..


nenek sy lahir tahun 1930, artinya, umurnya sekarang 80 mau 81 tahun. Kalau nanya gimana kondisi beliau skarang, overall masih oke lah, jalan ga perlu dibantu, masih suka makan, masih bisa denger lumayan jelas, cuman matanya udah susah liat benda2 kecil. Tapi kalau nanya gimana ingetan nya, sampai sekarang ingetan nya masih oke punya. Ternyata beliau suka banget baca buku dari dulunya, suka banget nimba pengetahuan. (jadi klo ga mau cepet pikun, otak kudu dipake terus, hehehe)

nah, kemarin ini selama 2 minggu sy menginap di rumah beliau, beliau sempet cerita kisah perjuangan yang diceritain turun temurun. saya udah coba cari konfirmasi nya ke om Google, tapi tampaknya untuk yang satu ini om Google ga punya jawabannya. Jadi sebenernya kisah ini hanya berdasar dari cerita nenek saya, tapi cerita ini cukup menginspirasi sy.. so here's the story



*diambil dari http://komunitas.kapanlagi.com/humor/perang-candu.html*
Saat pemerintahan Kekaisaran Ming dan Ching, Cina menutup jalan perniagaan dengan dunia Barat karena mereka mengganggap mereka mampu memenuhi keperluan rakyat dan tidak mau bergantung pada Barat.

Hal ini sangat menyulitkan Inggris, karena barang-barang Tiongkok seperti sutera, tembikar, rempah dan teh yang dimonopoli oleh Inggris memiliki pasaran luas di Eropa.


Melalui rundingan perdagangan akhirnya kekaisaran Cina mengijinkan Inggris berdagang di Cina tepatnya di Guangzhou (Canton). Namun Inggris menyalahgunakan kesepakatan ini dengan memasukkan opium ke Guangzhou setelah mereka mengetahui penggunaan candu cukup meluas dikalangan penduduk. Mereka ingin menjalankan perdagangan baru yaitu menjual opium atau candu.


Mengetahui semakin banyaknya pencandu Guangzhou, pada masa pemerintahan Kaisar Tao Kwang pada 1839, satu langkah tegas diambil Kwang untuk mengatasi masaah kecanduan di masyarakat. Kwang memerintahkan Komisaris Lin Tse-Hsu untuk memusnahkan dan membakar candu ilegal di Guangzhou. Pembakaran ini membuat berang Inggris dan menjadi awal dimulainya Perang Candu I. Perang yang berlangsung selama tiga tahun (1839-1842) ini menyisakan kelalahan besar-besaran bagi bangsa Cina, sebanyak 30 ribu rakyat Cina menjadi korban perang yang memaksa Cina untuk menandatangani Treaty of Nanjing (1842) dan The British Supplementary Treaty of the Bogue (1843).
 
nenek saya menceritakan bagian lain dari kisah di atas. Saat itu di Guangzhou, kasus kecanduan opium sudah sampai tingkat parah. Ketika Kaisar Kwang menurunkan perintah untuk membakar candu, para pria di daerah Guangzhou tidak bisa membantu karena para pria di daerah tersebut sudah menjadi pecandu berat opium (kondisi kecanduan narkoba: lemes, ga bisa mikir, badan berasa berat).

Jadi siapa dong yang bakar candu nya? ternyata saat itu, para ibu/istri dari para pecandu, melihat suami mereka tidak bisa berperang, mereka bilang (ngutip dari kata2 nenek sy): 'ayo kita aja yang perang, bakar opium2 itu, biarlah kita mati, tapi anak kita yang masih kecil bisa melanjutkan hidup tanpa candu'. Jadi kemudian mereka pergi berperang dan mati di medan perang.


Beliau hanya bercerita sampai di situ (kemudian ngelanjutin cerita yang lain2 hehe). jadilah saya mencari akhir kisah nya ke om google. Akhirnya, Cina kalah dan pedagang Inggris tetap memasukkan opium melalui pelabuhan Guangzhou.

Sayang kisah heroik tersebut harus diakhiri dengan kekalahan. Tapi saya yakin, kasih para ibu tersebut berbuah manis saat ini, ketika Cina menjadi negara superior baru.. ya waktu itu mereka memang kalah perang, tapi usaha mereka ga pernah sia-sia..




kisah heroik kuno dari beliau membuat saya teringat kisah lain, kisah heroik seorang ibu juga.. 12 mei 2009, di Wen Chuan:





adalah lebih berbahagia memberi daripada menerima..

kasih ibu kepada beta, tak berubah sepanjang masa. hanya memberi tak harap kembali.
bagai sang surya menyinari dunia


 --- dalam rangka merayakan imlek ^^ ---