February 04, 2011

kisah perjuangan di negeri tengah (Cina)

post ini berawal dari ngobrol2 santai sama nenek di rumahnya..


nenek sy lahir tahun 1930, artinya, umurnya sekarang 80 mau 81 tahun. Kalau nanya gimana kondisi beliau skarang, overall masih oke lah, jalan ga perlu dibantu, masih suka makan, masih bisa denger lumayan jelas, cuman matanya udah susah liat benda2 kecil. Tapi kalau nanya gimana ingetan nya, sampai sekarang ingetan nya masih oke punya. Ternyata beliau suka banget baca buku dari dulunya, suka banget nimba pengetahuan. (jadi klo ga mau cepet pikun, otak kudu dipake terus, hehehe)

nah, kemarin ini selama 2 minggu sy menginap di rumah beliau, beliau sempet cerita kisah perjuangan yang diceritain turun temurun. saya udah coba cari konfirmasi nya ke om Google, tapi tampaknya untuk yang satu ini om Google ga punya jawabannya. Jadi sebenernya kisah ini hanya berdasar dari cerita nenek saya, tapi cerita ini cukup menginspirasi sy.. so here's the story



*diambil dari http://komunitas.kapanlagi.com/humor/perang-candu.html*
Saat pemerintahan Kekaisaran Ming dan Ching, Cina menutup jalan perniagaan dengan dunia Barat karena mereka mengganggap mereka mampu memenuhi keperluan rakyat dan tidak mau bergantung pada Barat.

Hal ini sangat menyulitkan Inggris, karena barang-barang Tiongkok seperti sutera, tembikar, rempah dan teh yang dimonopoli oleh Inggris memiliki pasaran luas di Eropa.


Melalui rundingan perdagangan akhirnya kekaisaran Cina mengijinkan Inggris berdagang di Cina tepatnya di Guangzhou (Canton). Namun Inggris menyalahgunakan kesepakatan ini dengan memasukkan opium ke Guangzhou setelah mereka mengetahui penggunaan candu cukup meluas dikalangan penduduk. Mereka ingin menjalankan perdagangan baru yaitu menjual opium atau candu.


Mengetahui semakin banyaknya pencandu Guangzhou, pada masa pemerintahan Kaisar Tao Kwang pada 1839, satu langkah tegas diambil Kwang untuk mengatasi masaah kecanduan di masyarakat. Kwang memerintahkan Komisaris Lin Tse-Hsu untuk memusnahkan dan membakar candu ilegal di Guangzhou. Pembakaran ini membuat berang Inggris dan menjadi awal dimulainya Perang Candu I. Perang yang berlangsung selama tiga tahun (1839-1842) ini menyisakan kelalahan besar-besaran bagi bangsa Cina, sebanyak 30 ribu rakyat Cina menjadi korban perang yang memaksa Cina untuk menandatangani Treaty of Nanjing (1842) dan The British Supplementary Treaty of the Bogue (1843).
 
nenek saya menceritakan bagian lain dari kisah di atas. Saat itu di Guangzhou, kasus kecanduan opium sudah sampai tingkat parah. Ketika Kaisar Kwang menurunkan perintah untuk membakar candu, para pria di daerah Guangzhou tidak bisa membantu karena para pria di daerah tersebut sudah menjadi pecandu berat opium (kondisi kecanduan narkoba: lemes, ga bisa mikir, badan berasa berat).

Jadi siapa dong yang bakar candu nya? ternyata saat itu, para ibu/istri dari para pecandu, melihat suami mereka tidak bisa berperang, mereka bilang (ngutip dari kata2 nenek sy): 'ayo kita aja yang perang, bakar opium2 itu, biarlah kita mati, tapi anak kita yang masih kecil bisa melanjutkan hidup tanpa candu'. Jadi kemudian mereka pergi berperang dan mati di medan perang.


Beliau hanya bercerita sampai di situ (kemudian ngelanjutin cerita yang lain2 hehe). jadilah saya mencari akhir kisah nya ke om google. Akhirnya, Cina kalah dan pedagang Inggris tetap memasukkan opium melalui pelabuhan Guangzhou.

Sayang kisah heroik tersebut harus diakhiri dengan kekalahan. Tapi saya yakin, kasih para ibu tersebut berbuah manis saat ini, ketika Cina menjadi negara superior baru.. ya waktu itu mereka memang kalah perang, tapi usaha mereka ga pernah sia-sia..




kisah heroik kuno dari beliau membuat saya teringat kisah lain, kisah heroik seorang ibu juga.. 12 mei 2009, di Wen Chuan:





adalah lebih berbahagia memberi daripada menerima..

kasih ibu kepada beta, tak berubah sepanjang masa. hanya memberi tak harap kembali.
bagai sang surya menyinari dunia


 --- dalam rangka merayakan imlek ^^ ---

No comments:

Post a Comment